Waspada! Toxic dalam Rumah Tangga yang Membuat Hubungan di Ujung Tanduk

toxic dalam rumah tangga
https://www.pexels.com/id-id/

Toxic relationship bisa terjadi pada siapa saja tak terkecuali hubungan rumah tangga. Awal mula toxic dalam rumah tangga ditandai dengan perilaku tidak sehat secara emosional, psikologi, fisik. Hubungan rumah tangga mulai diwarnai dengan ketidakamanan, egoisme, dominasi peran hingga kontrol dari salah satu pasangan. 


Kondisi tersebut jika dibiarkan terus-menerus membuat rumah tangga tidak lagi harmonis bahkan saling menyalahkan. Pasangan suami istri berasa diambil paksa kebahagiaannya. Memang benar, dalam rumah tangga tidak akan selalu berjalan mulus tanpa ada masalah. Namun akan gawat bila pasangan suami istri bisa saja tidak menyadari telah menjalani hubungan toxic dalam kurun waktu lama. 


Toxic dalam rumah tangga bisa berupa sikap mengekang, mengendalikan dan terlalu protektif terhadap pasangannya. Yuk kenali tanda-tanda toxic dalam rumah tangga. Agar kamu dan pasanganmu bisa lebih aware dan segera saling menemukan solusi.


Waspada! Toxic dalam Rumah Tangga yang Membuat Hubungan di Ujung Tanduk


1. Emosi Berkepanjangan


Menurut Konsultan Pernikahan Jor-El Caraballo,  jika secara konsisten pasangan suami istri merasa selalu terkuras emosinya dan tidak bahagia saat bersama pasangan, ini bisa jadi indikator bahwa ada yang salah pada hubungan pernikahan.


Emosi berkepanjangan apalagi karena sebab-sebab sepele, berarti rumah tanggamu sedang tidak baik-baik saja. Perlu segera perbaikan. Komunikasikan berdua bersama pasanganmu, ya. Karena sudah seharusnya pernikahan seharusnya menjadi tempat berbagi kebahagiaan bukan kemarahan.


2. Tidak Saling Mendukung


Kehidupan pernikahan mestinya harus saling mendukung dan menghargai pilihan pasangan. Toxic dalam rumah tangga bisa berupa sikap tidak saling mendukung sesuatu yang dilakukan pasangan. Padahal sesuatu itu tujuannya untuk kebaikan bersama.


3. Cemburu Tidak Wajar


Sikap cemburu terhadap pasangan itu normal bahkan disarankan sesekali karna bagian dari bentuk cinta kepada pasangan. Meskipun normal, cemburu yang terjadi secara berlebihan dan tidak wajar dapat menjadi toxic dalam rumah tangga. Hingga akan memicu banyak ketidakjujuran.


Kadar cemburu yang tidak wajar akan memaksa pasangan untuk bersikap over protektif. Sehingga bukan lagi tanda kasih sayang dan cinta, malah bisa mudah terjadi kekerasan.


4. Sering Menyalahkan Pasangan


Alih-alih memperlakukan satu sama lain dengan kebaikan, toxic dalam rumah tangga akan dipenuhi dengan cara bicara yang sarkasme, penuh kritik yang kemudian memicu pertengkaran hebat. Tak jarang, menghina dan merendahkan pasangannya sendiri.


Jika terus menerus, akan membuat pasangan merasa tak berharga lagi. Nada bicara yang sarkas dan penuh kritik juga dapat menyebabkan trauma psikologis, seperti stres dan depresi. Sering  menyalahkan dan mengkritik bisa mengurangi kepercayaan pada diri sendiri.


5. Jarang Ngobrol


Pondasi utama dalam hubungan pernikahan yaitu terjalinnya komunikasi yang baik. Toxic dalam rumah tangga dapat beruba saling diam, tanpa ada komunikasi sehat. Hati-hati ya Bun, segera cek lagi bagaimana komunikasinya dengan pasangan!


Saling mendiamkan pasangan berarti sudah tidak peduli. Minimnya komunikasi kerap kali menyebabkan pertengkaran dan kesalahpahaman di antara pasangan. Selain itu, kebutuhan pasangan tidak lagi diperhatikan. 


6. Sering Berbohong


Terus berbohong apapun alasannya bisa menjadi masalah dalam rumah tangga, karena sejatinya, dalam hubungan pernikahan kejujuran menjadi salah satu prinsip penting dan paling mendasar. Ketidakjujuran tentu akan menurunkan rasa kepercayaan terhadap pasangan.


Kata-kata dan alasan yang dimanipulasi apabila terjadi situasi yang tidak menguntungkan baginya bisa mendatangkan pertengkaran hebat hingga perselingkuhan. Bantu pasanganmu ya! Agar selalu bisa berkata jujur.


Mau tidak mau, sering berbohong akan memaksa pasangan untuk saling curiga dan selalu meragukan satu sama lain. Hal ini bisa bahaya dan memberikan dampak psikologis yang besar jika berlanjut dalam waktu lama.


7. Dominasi Peran


Dominasi peran bisa menimbulkan perasaan bahwa dirinya lebih berjasa dalam rumah tangga. Sikap yang mendominasi bisa menjadi toxic dalam rumah tangga karena  akan mudah untuk selalu mengontrol dan curiga terhadap pasangannya.


Parahnya, salah satu pasangan akan mengikat dan membatasi ruang geraknya. Sehingga kesulitan untuk membangun relasi yang lebih luas, bergaul dengan teman-teman lama, rekan kerja, ataupun tetangga. Dominasi peran dalam rumah tangga bisa mematikan potensi pasangan. 


8. Selalu Bergantung


Lain dengan dominasi peran, toxic dalam rumah tangga dapat terjadi jika salah satu pasangan sangat bergantung kepada pasangannya. Ibaratnya, dia tidak mau susah-susah berjuang. Terlalu bergantung kepada pasangan itu tidak baik. Karna kita tidak dapat mengembangkan diri.


Pernikahan butuh dua orang dan upaya dari keduanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Jangan mau berjuang sendirian ya. Berusaha komunikasikan dengan pasanganmu!


class="kk-star-ratings kksr-valign-bottom kksr-align-center kksr-disabled"
data-id="102583"
data-slug="">





































5
/
5
(
4

votes

)


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel