Bagaimana Toxic Relationship Menurut Psikologi, Berikut Penjelasannya
Pada saat kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang, biasanya kamu akan selalu merasa bahagia dan merasa dicintai terus. Karena pada umumnya hubungan yang baik itu saling mendukung serta memberikan empatimu dan kasih sayang terhadap pasangan. Namun setelah kamu menjalin hubungan bukannya merasa bahagia tapi kamu merasa tertekan dan merasa tidak dicintai oleh pasanganmu sendiri. Hal tersebut biasanya kita kenal dengan Toxic Relationship. Tahukah kamu apa itu Toxic Relationship? Begini toxic relationship menurut psikologi.
Bagaimana Toxic Relationship Menurut Psikologi, Berikut Penjelasannya
Definisi Toxic Relationship
Istilah toxic relationship muncul pada tahun 1995 dalam buku Toxic People karya Lillian Glass. Di dalam buku ini, bahwa hubungan toxic ada karena adanya konflik, persaingan dan kebutuhan untuk mengontrol orang lain.
Apabila berkaitan dengan hubungan, toxic relationship adalah hubungan tidak sehat yang mengakibatkan kerugian mental dan fisik pada seseorang. Sebenarnya toxic relationship tak hanya berlaku pada jalinan asmara saja, tetapi bisa terjadi pada hubungan pertemanan, pekerjaan hingga keluarga.
Tanda Toxic Relationship Menurut Psikolog
Berikut merupakan tanda-tandanya menurut Psikolog Made Ayu Wahyuning Prativi S.Psi. M.Psi dilansir dari laman psikologibali yaitu sebagai berikut:
1. Obsesi untuk Menjadi yang Utama
Seseorang yang memiliki obsesi tersebut akan selalu merasa di dalam hubungan hanya dia yang menjadi pusatnya atau yang utama sehingga harus ada perhatian secara penuh oleh pasangan. Termasuk semua hal yang ia punya.
2. Kecurigaan yang Tidak Beralasan
Salah satu tanda seseorang terjebak dalam hubungan yang toxic adalah dicurigai secara berlebihan dengan alasan yang tidak jelas. Hal tersebut dilakukan karena merasa adanya ketidakamanan pada dirinya dan pasangan. Dia merasa tidak percaya terhadap pasangan dan curiga pasangan akan melakukan hal-hal yang dapat membuat dia kecewa, cemburu, marah, sedih, dan merugikan keduanya.
3. Selalu Ingin Mengontrol
Pasangan yang toxic cenderung ingin selalu mengontrol pasangannya. Ia akan melakukan pemaksaan kepada pasangannya sehingga pasangan tidak ada ruang dalam menentukan kehendak ataupun membuat keputusan.
4. Sering Memberikan Kritikan Dengan Mempengaruhi Pikiran atau Perasaan Pasangan Secara Negatif
Pasangan yang demikian akan senang memberi kritik berlebihan yang konotasinya cenderung negatif. Hal itu ia lakukan agar pasangan tunduk dan mengikuti semua perkataan pelaku. Tindakan buruk ini akan sangat mempengaruhi pikiran hingga korban bisa kehilangan eksistensi dan kepercayaan diri di depan orang lain.
5. Menghilangkan Suatu Hal yang Berarti
Hubungan yang tidak sehat antar pasangan akan berakibat pada kehilangan hal yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya hobi, pekerjaan, kegiatan yang penting untuk dilakukan, pertemanan, hingga aktivitas dengan keluarga.
6. Menumbuhkan Perasaan Bersalah
Kecenderungan pelaku dalam mengontrol pasangannya membuat korban merasa terus-terusan bersalah dan merasa harus bertanggung jawab untuk mewujudkan kebahagiaan hingga hidup pasangannya. Korban akan berusaha membahagiakan pelaku hingga tak sadar bahwa ia juga berhak untuk bahagia.
7. Ketidakmampuan untuk Mengontrol Emosi
Pasangan toxic akan sulit untuk mengontrol emosinya karena ia cenderung berperilaku impulsif. Seperti mudah tersinggung, marah-marah, berteriak, sedih yang berlebihan dan mendalam, hingga berperilaku abusive atau memukul untuk melampiaskannya.
Dampak Berhubungan dengan Pasangan yang Toxic
Hubungan tidak sehat yang terus menerus menimpa pada seseorang mengakibatkan rasa tidak bahagia dan stress hingga mengalami dampak yang lebih parah. Toxic relationship tak hanya berdampak pada kesehatan mental tetapi juga berdampak buruk pada tubuh seseorang. Pada hubungan toxic yang abusive, dapat menyebabkan luka secara fisik hingga kerusakan mental atau trauma.
Melansir dari situs yang dikelola University of Southern California dalam laman hellosehat.com, hubungan yang toxic membuat seseorang mengalami penyakit jantung. Hal tersebut dikarenakan hubungan yang tidak bahagia membuat seseorang mempunyai tekanan darah yang tinggi obesitas hingga perlambatan dalam proses penyembuhan luka.
class="kk-star-ratings kksr-valign-bottom kksr-align-center kksr-disabled"
data-id="102576"
data-slug="">
5
/
5
(
4
votes
)